Jumat, 04 Juni 2010

REVIEW (TEKNIK EVALUASI): LAPORAN HASIL EVALUASI RTRW JAKARTA 2010 (BAPEDA DKI JAKARTA, AGUSTUS 2006)

Jakarta, ibukota Indonesia merupakan jantung dari hampir semua pusat kegiatan di seluruh Indonesia (Pemerintahan, Perekonomian, dll.). Karena hal itulah, Jakarta menjadi “Primadona” bagi sebagian masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan stategis, misalnya membangun kantor pusat, mengembangkan bisnis, dll.. Sebagian “Effek” dari daya tarik tersebut adalah tingginya angka urbanisasi, yang akan menjadikan Jakarta semakin padat. 

Sebagai ibukota Indonesia, pemerintah DKI Jakarta memiliki urgensitas yang besar dalam menciptakan situasi dan kondisi yang aman, nyaman, dan kondusif bagi warga DKI Jakarta beserta kegiatan yang terdapat didalamnya. Salahsatu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah menciptakan suatu dokumen tata ruang yang berkualitas, efektif, serta aplikatif. Salahsatu usaha dalam menjaga kualitas dokumen tata ruang adalah melakukan evaluasi.

Berikut ini adalah sebagian Laporan Hasil Evaluasi RTRW Jakarta 2010:

· TUJUAN

Menilai kinerja penataan ruang makro dari implementasi RTRW DKI Jakarta 2010 selama 5 tahun terakhir, melalui proses partisipatif yang melibatkan para stakeholder penataan ruang Jakarta.

· TEKNIK EVALUASI

Sumber: Laporan Hasil Evaluasi RTRW Jakarta 2010

Gambar 1. Diagram alur teknik evaluasi RTRW DKI Jakarta 2010

Gambar diatas menunjukkan cara kerja dalam melakukan evaluasi, mulai dari pengumpulan data-data yang diperlukan dalam melakukan evaluasi, proses analisa, proses evaluasi hingga penilaian hasil evaluasi yang pada akhirnya membuahkan kesimpulan dan rekomendasi.

Dari gambar diatas, nampak bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap RTRW DKI Jakarta 2010 digunakan dua teknik evaluasi yang saling bersinergi (dalam proses penilaian hasil evaluasi). Dua teknik tersebut adalah Analisis Deviasi dan (terhubung dengan) Delphi. Teknik evaluasi yang dibahas pada review ini adalah Delphi.

Berikut ini adalah laporan tentang jalannya proses delphi menggunakan metode pendekatan FGD,

· KEGIATAN EVALUASI (DELPHI)

·         Umum

Dilakukan dalam forum formal dalam bentuk FGD (Focus Group Discussion) sebanyak 3 kali forum, yakni tanggal: 6 Oktober 2005, 16 Desember 2005, dan 29 Desember 2005.

Diagram alur visualisasi proses jalannya FGD sebagai berikut:

 Gambar 2. Visualisasi proses FGD evaluasi RTRW Jakarta

·         Stakeholder

Stakeholder dalam evaluasi RTRW Jakarta 2010 terdiri dari pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, dan asosiasi pengusaha, dengan rincian sebagai berikut:

·         Aspek

Aspek yang dibahas terbagi dalam 7 aspek, namun tidak terpisah secara eksklusif (masih ada kemungkinan untuk saling berhubungan). Aspek tersebut terbagi sebagai berikut:

·  Aspek Pengembangan Wilayah

·  Aspek Sosial Kependudukan

·  Aspek Ekonomi Wilayah dan Kota

·  Aspek Permukiman

·  Aspek Lingkungan dan RTH

·  Aspek Jalan dan Sistem Transportasi

·  Aspek Infrastruktur Diluar Transportasi

 

· SIMPULAN AKHIR RTRW JAKARTA 2010

RTRW Jakarta 2010 perlu direvisi:

·         Secara Formatif, Sesuai dengan yang diatur karena simpangan aspasialnya terlalu besar. Kinerja input, proses, output, dan outcome tidak seperti yang diharapkan.

·         Secara normatif kinerja penataan ruang kurang memuaskan, mulai dari penyusunan rencana tata ruang, pelaksanaan rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang, serta pengendalian pemanfaatan ruang perlu diubah untuk mencapai kualitas dan keefektifan penataan ruang yang baik.

·         Selain usaha khusus dalam pemanfaatan ruang sesuai rencana yang kurang memadai, serta pengendalian pemanfaatan ruang yang relatif lemah, sangat mungkin bahwa akar persoalan kinerja penataan ruang yang rendah dimulai dari kualitas RTRW yang kurang memadai untuk digunakan sebagai acuan penataan ruang, di mana tidak ditemui ‘kondisi awal’, ‘target antara – 5 tahunan’, dan bahkan hampir separuhnya tidak punya target capaian pada akhir masa rencana. Hal ini akan sangat menyulitkan, termasuk untuk pengawasan (evaluasi).

 

· USULAN (Usulan Forum Evaluasi)

·         Substansi Perda sebaiknya jangan terlalu mikro

·         Hitung kembali proyeksi penduduk

·         Singkronisasi RTRW Jakarta dengan RTRW Bodetabek

·         Revisi RTRW 2010

 

· SARAN PENULIS

·         Sebaiknya dalam melaksanakan evaluasi menggunakan teknik Delphi jangan menggunakan metode pendekatan FGD. Sebab dalam teknik evaluasi delphi tidak diperkenankan adanya diskusi (berkenaan dengan evaluasi yang sedang dilaksanakan) antar stakeholder selama berlangsungnya proses delphi, karena dapat mempengaruhi “Netralitas” para stakeholder.

·         Agar produk evaluasi lebih diterima masyarakat, maka perlu ditambahkan teknik evaluasi Participation Monitoring and Evaluation dalam fase kerja evaluasi yang dilakukan. Karena dengan penggunaan metode tersebut masyarakat (selaku stake holder yang menerima dampak kebijakan) dapat beraspirasi dengan lebih terarah.

·            Jika tidak terdapat target capaian dalam dokumen rencana, maka kriteria dan indikator evaluasi dapat di break-down dari tujuan dan sasaran atau visi dan misi perencanaan yang terdapat dalam dokumen perencanaan.

Ololeh:  Angga Ariquint Nuggroho (3607100010)

17 komentar:

  1. bagaimana cara anda mengumpulkan data yang valid pada kegiatan yang anda lakukan tersebut, dengan data yang valid tersebut sehingga nantinya dapat menarik kesimpulan tanpa adanya sembelid?... hehehehehe :D

    BalasHapus
  2. teknik Participation Monitoring and Evaluation itu sperti apa? (sebutkan, jelaskan, beri contoh)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Saya setuju dengan pendapat anda tentang kekurangan metode fgd.
    tetapi kalo dibilang tidak efektif saya kurang setuju. hal ini dikarenakan. metode tersebut dalam penerapannya memiliki keuntungan sebagai berikut :

    a. Dapat dilakukan pada sasaran yang lebih banyak dibandingkan wawancara mendalam.
    b. Memperoleh informasi yang mendalam tentang perilaku tiap individu.
    c. Memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang pendapat, sikap, dan penerimaan masyarakat terhadap program pelayanan kesehatan.
    d. Memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara kuantitatif.
    e. Menghemat waktu dan biaya.
    f. Hasil FGD dapat digunakan bersama-sama atau sebagai data yang melengkapi data kuantitatif.

    BalasHapus
  5. @ Anonim (Ali, Pastinya!):
    1. Untuk memperoleh data yang valid disarankan untuk melakukan survey primer (melihat langsung kondisi lapangan), serta melakukan wawancara kepada beberapa stakeholder (terutama masyarakat)secara acak dan juga melakukan konsultasi dan wawancara dengan para pakar terkait (yang kompeten tentunya!).
    2. Anda jangan suka menyebut makanan favorit anda di blok saya...
    3. Terimakasih Comentnya (kapan mbalik nang darjo??)

    BalasHapus
  6. @Sumanto: Pertanyaan bapak akan sy jawab setelah pesan2 berikut ini...
    (Atau Browsing Google aja)
    *Maaf pak sy cma Bercanda*

    Participation Monitoring and Evaluation itu simpelnya semacam penjaringan aspirasi masyarakat dengan bantuan atau arahan (arahan bukan berarti mengarahkan pendapat masyarakat atau menyetting masyarakat, tetapi semacam memberikan bimbingan atau penduan kepada masyarakat)oleh para ahli agar lebih terarah (Wah bingung jg nih ngomongnya??)...
    jadi semacam ahli membuat "frame"-nya masyarakat yang mengisi...
    gtu pak...

    Maaf klo jwaban sy kurang pas..
    Terimakasih commentnya

    BalasHapus
  7. @Dediarta (Tahu-PWK'07):
    sy setuju dgn pendapat anda,, tetapi ini lain konteks bro...
    klo pake metode FGD pas lagi nge-"delphi" bisa2 stake holdernya gak netral dong, soalnya secara tidak langsung (maupun secara langsung) para stakeholder sudah saling mengenal dan muali timbul kontak batin (so sweet!)
    maksudnya minimal para stakeholder sudah "saling kenal" sehingga bukan tidak mungkin jika jawaban para stakeholder akan mengikuti atau malah melawan (jika memiliki dendam pribadi) singkat kata, netralitas dan independensi stakeholder otomatis akan menurun..
    FGD sih ok2 saja asalkan dilakukan diluar kegiatan Delphi...
    Ok Bro???

    *Suwun wis Ngomment)

    BalasHapus
  8. ehem...kantoranman mode on

    ada beberapa pertanyaan.

    modal sosial yang + ?
    rela mengorbankan miliknya demi umum ?

    kaskuser mode on

    gan coba cek blog ane juga

    http://itbusinesslibrary.blogspot.com/
    hehe
    buat tugas juga ni + kalo bosen ada TV Onlinenya..
    hehehe
    Meluncur ke TKP...request koment apa bang?.. :D

    BalasHapus
  9. @Library Student "Download All": salam kenal mas,,
    waduh diskusinya kejauhan mas,, sampe pake modal sosial sgala, biasanya cuma modal minyak urut (tukang pijet) hehehe...
    menurut refrensi yang sy dapat dari om Google, seperti ini:
    "Robert D. Putnam (1993:167) menyatakan komponen modal sosial terdiri dari
    kepercayaan ('trust’), aturan-aturan ('norms') dan jaringan-jaringan kerja ('networks’) yang dapat memperbaiki efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas tindakan-tindakan yang terkordinasi."
    *mencoba menyambungkan dengan pertanyaan selanjutnya (ini petranyaan yg saling terkait ya??)*
    dan jawabannya adalah:
    idealnya seperti itu mengorbankan miliknya demi umum (tetapi nggak sosialis absolut, semua adalah milik negara), dengan ikhlas tentunya meski berlinang air mata...
    tetapi itu adalah kondisi "ideal" yang jarang ditemui di dunia nyata. mungkin ini adalah salahsatu cara untuk mencapai (mendekati) kondisi ideal tersebut yakni dengan pendekatan "win-win solution" melalui konsolidasi antar pihak terkait agar sama2 memperoleh keuntungan. misalnya pemerintah ingin melakukan pelebran jalan dengan tujuan meningkatkan aksesbilitas, maka salah satu keuntungan yang diperoleh warga sekitar adalah meningkatnya nilai lahan akibat meningkatnya tingkat aksesbilitas di lokasi tersebut (meskipun luasan tanahnya berkurang, tetapi nilai permeter perseginya naik) yang sangat mungkin bisa saja harga jual total tanahnya (setelah pelebaran jalan) menjadi lebih tinggi daripada kondisi awal (misalnya jika nilai tanah awal dikali luas yang di"ikhlas"-kan lebih rendah daripada peningkatan nilai dikali luas "sisa tanah" yang dimiliki)..

    maaf klo jawaban saya kurang fokus dan tidak mengena *soalny lg buat tugas laen nih*

    terimakasih telah mengunjungi blog saya...
    n blog ente udah ane satronin bang,,bagus blognya...
    thx.

    BalasHapus
  10. wah..org2 pwk lg diskusi..
    g ada yg diskusi tentang gamedev ato sejenisnya gtu ta..

    BalasHapus
  11. @Mbah Google: Wah iki onok arek arep nang Game Online nyasar mrene...
    Sori Mas, disini bukan tempat anak sekolah mbolos (dan disini juga bukan tempat "begituan")...

    Terimakasih atas kunjungan anda...
    semoga harimu menyenangkan (dan segeralah bertaubat)...

    BalasHapus
  12. ini termasuk pendekatan evaluasi apa?
    dan ini sepertinya evaluasi di akhir y (tlg koreksi klo saya salah)? jdi mnrt anda evaluasi yg di depan dan diproses analisa itu bntuknya seperti apa?
    trimakasih..:)

    visit me please:
    http://persinggahandita.blogspot.com/

    BalasHapus
  13. RTRW jakarta tersebut berlaku kpn? dan mengapa perlu dievaluasi? ada prosedur berupa Kepmen dalam evaluasi RTR, namun saya belum melihat hal itu...

    BalasHapus
  14. setuju sekali dengan adanya PME sehingga masyarakat diikutsertakan dalam seluruh proses evaluasi karena fakta sekarang ini masyarakat kurang berpartisipasi dalam proses evaluasi dan monitoring padahal masyarakat yang akan merasakan dampak dari implementasi RTRW tersebut..

    :)

    BalasHapus
  15. mengapa anda menggunakan delphi sbgai acuan teknik evaluasi anda?

    BalasHapus